Kisah Imam Ahmad mempertahankan Aqidah yang lurus

28 Feb 2024

Illustrasi cerita Kisah Imam Ahmad mempertahankan Aqidah yang lurus

Tema:

  • sabar
  • aqidah

Imam Ahmad nama lengkapnya Ahmad bin Hambal Syaibani Al-Marwazi dan biasa dipanggil Abu Abdullah. Imam Ahmad bergelar Imam Ahli Sunnah dilahirkan di Baghdad tahun 164 Hijriyah.

Awal mula Imam Ahmad dipenjara dan disiksa khalifah, suatu ketika dikisahkan kelompok mu'tazilah mengajak Khalifah Al-Makmun untuk mengikuti pendapat bahwa Alquran adalah makhluk dan terlepas dari sifat-sifat Allah. Khalifah tidak menerima pendapat mereka dan tetap berpegang kepada mazhab salaf. Namun ketika kelompok mereka menguasai khilafah, semua dikirim mengikuti pendapatnya.

Kelompok mu'tazilah yang telah menguasai khilafah mengirim surat kepada Gubernur Baghdad yaitu Iskhak bin Ibrahim untuk mengajak masyarakat mengikuti pendapat mu'tazilah. Namun Iskhak dan ulama hadis menolak ajakan tersebut. Kemudian Baghdad ditekan dengan embargo bahan makanan.

Imam Ahmad bin Hambal terus melakukan aksi penolakan bersama Muhammad Bin Nuh Al Jundiy, akhirnya keduanya ditangkap dan dilaporkan kepada hhalifah.

Ketika sampai di negeri Rahbah, keduanya didatangi orang Baduwi bernama Jabir bin Amir yang memberi salam kepada Imam Ahmad dan berkata, "Kamu adalah seorang utusan kaum, jangan sekali-kali menghianati mereka, kamu adalah pemimpin kaum jangan sekali-kali mengikuti ajakan mu'tazilah, kalau kamu mencintai Allah, bersabarlah dalam pendirianmu karena tidak ada pembatas antara kamu dan surga kecuali dibunuh. Kalau tidak menyerang kamu akan dibunuh, kalau hidup maka hiduplah secara terpuji."

Imam Ahmad bin Hambal mengatakan ucapan orang Baduwi itu membuatku teguh untuk tetap menolak terhadap ajakan mereka. Ketika rombongan sudah dekat dari pendopo kekhalifahan, seorang hamba mendekat dan meneteskan air mata sambil berkata "Wahai Abdullah sesungguhnya Al-Makmun tidak pernah menghunus pedangnya seperti yang dia lakukan sekarang, dia bersumpah atas nama kekerabatan dengan Rasulullah jika anda tidak mengatakan Alquran sebagai makhluk."

Imam Ahmad terduduk, matanya menatap langit dan berkata, "Wahai Tuhanku apa yang terjadi dengan penguasa fajir ini sampai dia tega memukul dan membunuh. Ya Allah, kalau benar Alquran kalam-Mu, bukan makhluk, cukupkanlah kezalimannya."

Kemudian terdengarlah jeritan atas kematian Al-Makmun pada sepertiga malam terakhir. Terdengar kabar bahwa Al-Mu'tashim menjabat kekhalifahan sesudah Al-Makmun dan memutuskan Ahmad bin Abi Daud kejajaran penasehatnya.

Imam Ahmad bin Hambal Dipenjara dan Disiksa

Permasalahan bertambah parah, Imam Ahmad beserta para tawanan digiring ke Baghdad dan disiksa, kaki mereka dirantai. Muhammad bin Nuh wafat dalam perjalanan ini dan Imam Ahmad mensholatinya.

Ketika sampai di Baghdad, waktu itu bulan Ramadhan, Imam Ahmad dimasukkan ke dalam penjara antara 28 sampai 30 bulan. Selama itu dia menunaikan sholat bersama narapidana yang lain. Sedangkan rantai besi melingkar di kaki mereka. Kemudian atas keputusan Khalifah Al-Mu'tashim, Imam Ahmad dikeluarkan dari penjara untuk menghadap khalifah.

Untuk menempuh perjalanan, ikatan rantai ditambah. Imam Ahmad berkata, "Saya tidak dapat berjalan dengan ikatan rantai seberat ini."

Kemudian Imam Ahmad dibawa dengan troli yang ditarik kuda hingga sampai ke Istana Al-Mu'tashim. Imam Ahmad dimasukkan ke dalam ruangan gelap dan tertutup. Ketika akan mencari air wudhu, ia tidak mendapatkan air kecuali sedikit dalam bejana.

Maka Imam Ahmad berwudhu dalam kegelapan. Ia tunaikan sholat tanpa mengetahui arah kiblat dengan pasti. Namun ternyata Imam Ahmad menghadap ke arah yang benar. Setelah itu, Imam Ahmad dipanggil menghadap Al-Mu'tashim  yang sedang duduk bersama Abi Daun.

Percakapan para Al-Mu'tashim dan pengikutnya dengan Imam Ahmad berjalan sangat argumentatif.

Imam Ahmad, "Ya Amirul Mukminin untuk apa Rasulullah SAW mengajak? Al-Mu'tashim menjawab, "Untuk bersaksi tiada Tuhan selain Allah." Imam Ahmad berkata, "Saya pun bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah."

Al-Mu'tashim berkata, "Menurutmu apa Alquran?" Imam Ahmad menjawab, "Alquran adalah ilmu Allah, demi Allah barangsiapa menyangka ilmu Allah itu makhluk maka telah kafir."

Mereka terdiam satu sama lain, namun memendam amarah kepada Imam Ahmad. Sehingga memutuskan untuk menyiksa Imam Ahmad.

Imam Ahmad mengatakan, "Ya Amirul Mukminin, sesungguhnya Rasulullah bersabda tidak halal darah seorang Muslim yang bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah."

"Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mengucapkan tidak ada Tuhan selain Allah, kalau mengucapkannya maka haramlah bagiku darah dan hartanya," kata Imam Ahmad.

Pengikut Al-Mu'tashim mengatakan bahwa yang dikatakan Imam Ahmad ini kelewatan wahai khalifah. "Biarkan kami menghukumnya."

Imam Ahmad bercerita, para pengikut Al-Mu'tashim memukuli saya hingga tidak sadarkan diri. Setelah ciuman saya mendengar khalifah mengajakku untuk mengikuti paham mereka. Tapi saya kembali menolak, pada saat itu juga pukulan demi pukulan penghujani tubuhku sehingga saya terjatuh pingsan untuk kesekian kalinya dalam kondisi tak sadarkan diri ini, saya dilepas, saya tidak tahu ada di mana.

Ketika sadar, saya berada di sebuah rumah milik Ibrahim dan kakiku sudah tidak dirantai lagi. Hari itu adalah tanggal 25 Ramadhan tahun 221 Hijriyah. Ketika dibawa ke rumah Ibrahim, Imam Ahmad tetap menyempurnakan puasa walaupun tuan rumah menyuruh untuk membatalkan puasa karena kondisinya yang sangat lemah.

Diceritakan ketika disiksa oleh pengikut khalifah, pakaian Imam Ahmad robek sampai terbuka auratnya. Kemudian memohon kepada Allah, "Wahai Dzat tempat hamba meratap, jika Engkau mengetahui saya membela kebenaran janganlah Engkau menyiksaku karena saya tidak menutup aurat."

Seketika atas izin Allah pakai Imam Ahmad kembali menutup aurat seperti sediakala. Pukulan dan cambukan yang melukai tubuhnya tidak kurang dari 80 deraan yang menyakitkan.

Pada akhirnya Al-Mu'tashim menyesal dan mengakui kesalahannya dan mendoakan kesembuhan untuk Imam Ahmad.

Semua orang Islam dan khalifah berbahagia setelah kondisinya sehat. Walaupun kedua ibu jari Imam Ahmad tetap cacat sebagai saksi.

Imam Ahmad memaafkan semua orang yang menganiayanya kecuali ahli bidah. Kemudian ia membaca ayat, "Maka berilah ampunan dan berjabat tanganlah kamu sekalian."

Kemudian Imam Ahmad berkata, "Apakah ada manfaatnya bagimu dengan menyiksa saudara Muslim padahal Allah telah berfirman barangsiapa memaafkan dan membuat perbaikan maka pahalanya dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berbuat zalim."

Imam Ahmad menjelaskan bahwa pada hari kiamat orang-orang memanggil siapa yang pahalanya di sisi Allah. Maka tidaklah menjawab kecuali orang yang memberi maaf.

Kisah Imam Ahmad dikisahkan dalam buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah yang ditulis Syaikh Muhammad Sa'id Mursi dan diterjemahkan Khoirul Amru Harahap Lc dan Achmad Faozan Lc serta diterbitkan ulang Pustaka Al-Kautsar, 2007.

Hikmah Cerita

  • Kuatnya aqidah seorang muslim akan menyebabkan keteguhan serta kekuatan untuk menghadapi segala masalah yang ada. Karena dengan Aqidah yang kuat maka tujuannya semata hanyalah Allah ﷻ, sehingga perkara dunia adalah remeh baginya.
  • Memaafkan adalah yang utama. Mendendam tidak mendatangkan apapun selain keletihan dan dosa.
  • Kepandaian berdialog akan menjadi bekal penting dalam menyampaikan kebaikan. Terkadang hikmah tidak sampai kepada tujuannya karena tutur kata tak mengenai hati yang di nasihati.

sumber

Cerita Terkait