Kisah Imam Ahmad dan Penjual Roti

19 Jan 2024

Tema:

  • inspiratif
  • istighfar

Imam Ahmad bin Hanbal adalah seorang ulama besar pendiri Mazhab Hanbali atau murid dari Imam Syafi'i. Di masa akhir hidupnya, beliau bercerita:

"Suatu ketika (saat saya sudah tua), saya tidak tahu kenapa ingin sekali menuju ke Basrah, salah satu kota di Irak."

Padahal Imam Ahmad tidak memiliki janji dengan siapapun atau memiliki suatu hajat. Beliau akhirnya tetap berangkat menuju Bashrah.

Imam Ahmad bercerita, "Setibanya di sana saat Isya', saya ikut berjamaah shalat Isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin beristirahat."

Beliau kemudian ingin tidur di masjid untuk beristirahat selepas semua jemaah pergi meninggalkan masjid. Namun, tiba-tiba marbot masjid menghampirinya dan bertanya, "Syekh, mau apa disini?"

Marbot tersebut tidak mengetahui bahwa beliau adalah Imam Ahmad, seorang ulama ahli fiqih dan hadits. Imam Ahmad pun menjawab, "Saya ingin istirahat, saya musafir."

Marbot masjid kemudian melarangnya untuk tidur di masjid, Imam Ahmad bahkan didorong olehnya dan dikuncilah pintu masjid tersebut. Kemudian beliau bermaksud untuk tidur di teras masjid, tetapi marbot masjid juga memarahinya.

Marbot masjid itu berkata kepada Imam Ahmad, "Di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh." Imam Ahmad mengatakan, marbot masjid tersebut bahkan mendorongnya sampai jalanan.

Di samping masjid tersebut, ada sebuah toko roti yang merupakan sebuah rumah kecil sekaligus digunakan untuk berdagang roti. Penjual roti tersebut sedang membuat adonan roti sambil melihat kejadian itu.

Kemudian si penjual roti memanggil Imam Ahmad dan berkata, "Mari syekh, Anda boleh menginap di tempat saya, walau tempat saya kecil."

Imam Ahmad kemudian masuk ke rumah penjual roti tersebut dan duduk di belakang penjual roti dan tidak memperkenalkan dirinya. Penjual roti ini tidak berbicara ketika tidak ditanyai oleh beliau.

Ia terlihat selalu membuat adonan roti sambal melafalkan istigfar. Saat meletakkan garam, memecahkan telur, dan mencampur gandum, penjual roti ini selalu beristigfar.

Imam Ahmad bertanya kepada penjual roti, "Sudah berapa lama kamu lakukan ini?"

Kemudian dijawab, "Sudah lama sekali, Syekh, saya menjual roti sudah tiga puluh tahun, semenjak itulah saya lakukan."

Imam Ahmad bertanya lagi, "Apa hasil dari perbuatanmu ini?"

Penjual roti kemudian menjelaskan, "(Lantaran wasilah istigfar), tidak ada hajat yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan Allah. Semua yang saya minta Allah langsung terima, semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan."

Imam Ahmad pun menanyakan terkait apa doa yang belum dikabulkan itu.

Kata penjual roti tersebut, "Saya meminta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad."

Seketika, Imam Ahmad kemudian mengucap takbir setelah mendengar pengakuan sang penjual roti. Ia berkata:

"Allahu Akbar! Allah telah mendatangkan saya jauh dari Baghdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong oleh marbot masjid sampai ke jalanan, ternyata karena istighfar dan doamu."

Penjual roti tersebut terkejut seketika lalu memuji Allah, dan ia langsung memeluk dan mencium tangan imam Ahmad ketika itu.

Hikmah Cerita

  • Banyak-banyaklah beristighfar. Manusia tidak akan luput dari dosa maka teruslah memohon ampun. Selain meminta ampunan dari dosa, beristighfar juga membawa kebaikan-kebaikan lain atas izin Allah.
  • "Mohonlah ampunan kepada Tuhanmu (Beristighfar), Sungguh, Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu, dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan sungai-sungai untukmu." Surat Nuh ayat 10-12
  • Allah SWT mengabarkan, bahwa Dia tidak akan mengazab orang yang beristighfar (memohon ampun dari dosa). Karena istighfar itu  akan menghapus dosa  yang dosa itu sendiri merupakan penyebab datangnya adzab, sehingga adzab itupun sirna dengan cepat.

Cerita Terkait