Mencari kebahagiaan hidup

05 Jan 2024, Ahmad.

Tema:

  • inspiratif

Suatu ketika, hiduplah seorang lelaki tua. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu orang paling malang di dunia. Penduduk desa sudah bosan dengan kesuraman yang terus-menerus, keluhan yang terus-menerus, dan suasana hati yang buruk yang tak henti-hentinya terpancar dari lelaki tua itu.

Seiring berlalunya waktu, watak lelaki tua itu semakin pahit, dan kata-katanya semakin berbisa. Penduduk desa menghindarinya, karena penderitaannya sepertinya merupakan penyakit yang menular. Rasanya tidak wajar dan hampir tidak sopan untuk berbahagia di hadapannya, seolah-olah keberadaannya membayangi kegembiraan orang lain.

Dia telah menjadi sumber ketidakbahagiaan, menyebarkan ketidakpuasannya seperti wabah penyakit.

Namun, pada hari dia mencapai usia delapan puluh tahun, sebuah perubahan luar biasa terjadi. Sebuah rumor mulai beredar bagaikan api di seluruh desa:

“Seorang lelaki tua bahagia hari ini. Dia tidak mengeluh tentang apa pun, tersenyum, dan bahkan wajahnya menjadi segar.”

Seluruh desa berkumpul, rasa ingin tahu mereka terusik. Mereka mendekati lelaki tua itu, mempertanyakan perubahan tak terduga dalam sikapnya.

Seorang penduduk desa bertanya, “Apa yang terjadi padamu?”

"Tidak ada yang istimewa," jawab lelaki tua itu. “Delapan puluh tahun saya mengejar kebahagiaan, dan itu sia-sia. Lalu saya memutuskan untuk hidup tanpa kebahagiaan dan hanya menikmati hidup. Itu sebabnya saya bahagia sekarang.”

Hikmah Cerita

  • Kisah ini mengajarkan kita bahwa upaya mengejar kebahagiaan tanpa henti (atau mengejar apapun) bisa jadi sia-sia. Pergeseran pola pikir orang tua menunjukkan bahwa kepuasan sejati sering kali datang ketika kita berhenti mencari kebahagiaan secara aktif dan malah fokus menikmati masa kini.
  • Perubahan dalam sikap orang tua menggarisbawahi kekuatan perspektif. Dengan memilih untuk hidup tanpa terus-menerus mengejar kebahagiaan, ia menemukan rasa kepuasan yang lebih mendalam, menekankan pentingnya mengevaluasi kembali pandangan kita terhadap kehidupan.

Cerita Terkait