Tema:
- inspiratif
- syukur
Malam itu, Sita berjalan sendirian di sepanjang jalan sempit yang menuju rumahnya. Langkahnya lambat, lebih lambat dari biasanya. Bukan karena letih, tetapi karena pikirannya terlalu penuh. Jalan setapak yang selalu menjadi rutinitasnya kini terasa asing. Setiap lampu jalan yang menyala di atas kepalanya, seakan hanya mempertegas betapa sepinya dunia ini.
Dia baru saja kembali dari sebuah pertemuan keluarga. Semua orang datang dengan cerita kesuksesan mereka. Ada yang bercerita tentang bisnis yang berkembang, ada pula yang sibuk menunjukkan foto-foto liburan mereka ke luar negeri. Sedangkan Sita? Dia hanya mendengarkan. Diam. Terdiam. Merasa kecil.
"Pencapaian apa yang sebenarnya aku punya?" pikirnya, ketika seorang sepupu bertanya dengan nada bercanda, "Eh, Sita, kamu kapan mau sukses?" Pertanyaan itu mungkin sederhana bagi orang lain, tapi bagi Sita, itu seperti paku yang menghunjam dadanya.
Sita selalu punya impian, tapi hidup seolah berjalan di tempat. Setiap hari, ia bekerja di sebuah toko kecil di ujung kota, membantu sang ibu yang sakit-sakitan. Ia tak pernah pergi jauh, tak pernah mengambil risiko besar seperti orang lain. Namun, bukan berarti dia tidak berusaha. Hanya saja, usahanya seringkali tidak terlihat oleh dunia.
Di tengah perjalanan, dia berhenti sejenak di depan sebuah rumah tua yang sudah ditinggalkan. Pohon mangga besar di halaman itu membuatnya teringat masa kecil, ketika ia dan teman-temannya sering bermain petak umpet di bawahnya. Dulu, hidupnya sederhana, tapi dia bahagia. Saat itu, kebahagiaan tidak diukur dari seberapa besar pencapaiannya, melainkan dari tawa yang bisa ia bagikan dengan orang-orang terdekatnya.
Sebuah senyum tipis terbit di bibirnya. "Mungkin sukses itu bukan tentang seberapa besar dunia melihatku," gumamnya pelan. "Tapi tentang bagaimana aku bisa menjaga orang-orang yang aku cintai dan tetap merasa utuh dalam kesederhanaan." Dia melanjutkan langkahnya, kali ini lebih ringan. Jalan pulang yang tadi terasa panjang dan melelahkan, kini terasa lebih ramah.
Saat tiba di rumah, ibunya menyambutnya dengan senyum hangat meski tubuhnya terlihat lemah. Sita tahu, itulah keberhasilan terbesarnya—tetap bisa memberikan kebahagiaan di tengah segala keterbatasan. Di antara langkah-langkah kecil menuju pulang, ia menyadari bahwa tidak semua kesuksesan harus besar dan terlihat oleh semua orang. Beberapa kesuksesan, yang paling berharga, justru tersembunyi dalam hati yang tetap kuat meski dunia tak pernah menyadarinya.
Hikmah Cerita
- Kesuksesan tidak selalu terlihat oleh dunia, tetapi bisa terasa dalam hati. Seringkali kita mengukur kesuksesan dari apa yang tampak besar di mata orang lain—jabatan tinggi, kekayaan, atau perjalanan mewah. Namun, Sita menemukan bahwa kesuksesan sejati dapat hadir dalam bentuk yang lebih sederhana dan tidak selalu terlihat oleh orang luar. Senyum ibunya yang bahagia adalah bukti bahwa memberikan kebahagiaan kepada orang yang kita cintai adalah bentuk kesuksesan yang paling tulus. Dunia mungkin tidak melihatnya, tetapi dalam hati Sita, dia tahu bahwa itulah keberhasilannya.
- Sita menyadari bahwa setiap orang memiliki jalannya masing-masing, dan membandingkan dirinya dengan orang lain hanya membuatnya merasa kecil. Kebahagiaan tidak selalu harus diukur dari pencapaian besar yang terlihat oleh dunia luar. Dalam hidup yang sederhana, di tengah langkah pulang yang sunyi, Sita menemukan bahwa kebahagiaan sejati datang dari kenangan yang tulus, cinta untuk keluarga, dan tawa yang dia bagikan. Kesederhanaan dalam hidupnya justru memberikan ketenangan dan kedamaian yang mendalam.
Cerita Terkait
Abu Hurairah dan Cinta kepada Ilmu
01 Okt 2024
Abu Hurairah juga dikenal sebagai "Sahabat Kucing" karena kecintaannya pada binatang, terutama kucing
Kisah Ibnu Umar dan Penggembala cilik
16 Feb 2024
Lalu sang anak tersebut pergi sambil mengangkat jarinya ke langit seraya berkata, “Di mana Allah?”
Kisah Sya'ban dan rumahnya yang jauh dari masjid
14 Feb 2024
Disebutkan bahwa jarak rumah Sya’ban dengan Masjid Nabawi atau rumah Nabi adalah kira-kira tiga jam dengan berjalan kaki. Meski demikian, Sya’ban tidak pernah ketinggalan shalat berjamaah bersama Nabi Muhammad SAW di Masjid Nabawi.
Sifat Wara Imam Abu Hanifah
14 Feb 2024
Dikisahkan bahwa Imam Abu Hanifah rahimahulLah pernah menahan diri tidak memakan daging kambing. Hal itu beliau lakukan setelah mendengar bahwa ada seekor kambing milik tetangganya dicuri.
Kisah Abu Nawas dan Mimpi Buruk sang Raja
30 Jan 2024
Abu Nawas harus meninggalkan negeri dan tidak diperbolehkan kembali dengan cara berjalan kaki, berlari, merangkak, melompat-lompat, atau menunggang hewan.
Kisah Imam Ahmad dan Penjual Roti
19 Jan 2024
Penjual roti kemudian menjelaskan, "(Lantaran wasilah istigfar), tidak ada hajat yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan Allah. Semua yang saya minta Allah langsung terima, semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan."